IT

Sabtu, 01 Maret 2014

ANALISA SWOT

KAJIAN TEORI

ANALISA SWOT DI MI ”ROUDLOTUS SHIBYAN”
DS.BETON KEC.MENGANTI KAB.GRESIK

MI “Roudlotus Shibyan” Beton adalah salah satu lembaga pendidikan dasar yang berada di lingkungan Ds. Beton Kec. Menganti Kab. Gresik. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2010 / 2011 adalah 195 siswa dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 6 rombel. Jumlah guru / pendidik sebanyak 09 orang, tenaga administrasi / tata usaha 1 orang dan 1 orang untuk penjaga sekolah.
Dari perjalanan  MI “Roudlotus Shibyan” Beton dapat penulis lihat beberapa kemajuan yang signifikan, meskipun demikian tentu saja ada beberapa hambatan yang mengganjal perjalanan tersebut.
Berikut adalah hasil analisa SWOT yang dapat penulis temukan ;

1.      (KEKUATAN)
Berikut adalah kekuatan yang dimiliki oleh MI “Roudlotus SHibyan” Beton.Menganti.gresik ;
SARANA PRASARANA
1)      Gedung milik sendiri
2)      Mempunyai LCD
3)      Mempunyai musholla sendiri
4)      Mempunyai sarana computer yang memadai
5)      Tersedianya kipas angin di setiap ruangan.
6)      Mempunyai proyektor
7)      Mempunyai peralatan praktik IPA
8)      Mempunyai sarana bermain bagi peserta didik
9)      Kelas yang dikondisikan suci
10)  Mempunyai almari penyimpanan per kelas
11)  Mempunyai UKS yang menyediakan obat-obatan lengkap
12)  Mempunyai pakaian toga sendiri
13)  Mempunyai peralatan drumb band
14)  Mempunyai sarana dan prasarana banjari
15)  Sebagian besar peserta didik di lembaga ini adalah siswa yang mahir dalam mengaji.
16)  Terdapat berbagai pepohonan yang membuat asri
PENDIDIK/PESERTA DIDIK/INDIVIDU DI DALAMNYA
17)  Guru / pendidik yang mempunyai lulusan S-1
18)  Mempunyai guru bantu yang sangat bertanggung jawab
19)  Kepala madrasahnya adalah salah satu tokoh masyarakat yang disegani
20)  Kepengurusan yang terdiri dari berbagai tokoh / kalangan
21)  Kepala dan wakil kepala yang sangat berdedikasi
22)  Guru / pendidik adalah warga asli
23)  Mempunyai pengurus yang berkompeten
24)  Peserta didik sangat dekat dengan guru / pendidik
25)  Jumlah siswa yang lumayan banyak
26)  Pendidik yang selalu aktif mengikuti pelatihan
27)  Individu yang selalu mengutamakan kekuatan batin (sholat malam)
28)  Pendidik yang selalu aktif berorganisasi di masyarakat
29)  Pendidik yang mempunyai latar belakang pondok pesantren
30)  Peserta didik yang selalu memenangkan perlombaan
31)  Adanya paguyuban wali murid
32)  Kejujuran dalam menempuh UN
33)  Adanya penjaga sekolah
ADMINISTRASI
34)  Mempunyai administrasi keuangan yang baik
35)  Mempunyai administrasi pembelajaran yang cukup baik
36)  Mendapat dana bantuan dari masyarakat setiap bulan
37)  Pembukuan yang lengkap
38)  Pemetaan administrai
39)  Pelaporan yang rutin dalam ke-administrasian
40)  Selalu mengikuti perkembangan data administrasi
LOKASI
41)  Terdapat di pertengahan desa
42)  Jauh dari jalan raya sehingga tidak membahayakn peserta didik
43)  Mempunyai koneksi yang luas
44)  Tersendiri, sehingga terhindar dari kebisingan rumah penduduk maupun pabrik.
45)  Terletak di lingkungan pabrik / usaha kecil sehingga membantu dalam bidang keuangan.
46)  Mempunyai alumni yang masih aktif membantu
47)  Adanya kegiatan istighotsah

2.      (KELEMAHAN)
Beberapa kelemahan yang dapat penulis temukan di MI “Roudlotus Shibyan” Beton.Menganti.Gresik ini adalah ;
1)      Kurangnya satu ruang kelas
2)      Kurang luasnya area bermain bagi peserta didik yang terlalu banyak
3)      Kurangnya sarana olah raga yang memadai
4)      Kurangnya ruang penyimpanan bagi barang yang sudah tidak terpakai
5)      Pendidik merupakan lulusan S-1 yang bukan fak
6)      Tidak adanya tenaga teknisi untuk computer
7)      Adanya meja dalam kondisi kurang baik
8)      Jumlah siswa yang melampaui batas dalam satu kelas
9)      Adanya guru yang kurang disiplin
10)  Adanya guru yang kurang berdedikasi
11)  Beberapa guru masih belum menguasai IT
12)  Adanya kelas yang berdekatan dengan hunian penduduk
13)  Keadaan siswa yang sulit di atur
14)  Kurangnya tenaga untuk koperasi
15)  Kurangnya peralatan yang disediakan koperasi
16)  Adanya penjual mainan yang berada di jalan
17)  Adanya sepeda siswa yang di parker di tepi jalan
18)  Pihak kantin yang kurang setuju dengan koperasi
19)  Adanya guru yang sering menyalakan HP saat pelajaran
20)  Adanya guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran
21)  Kurangnya kesadaran akan kebersihan
22)  Kurangnya minat baca siswa
23)  Keadaan perpus yang tidak rapi
24)  Petugas perpus yang kurang professional (masih merangkap)
25)  Seringnya guru ijin meninggalkan kelas
26)  Terlalu banyak guru perempuan
27)  Kurangnya buku cerita untuk menstimulus kemampuan kosa kata anak
28)  Kurang kreatifnya guru seni budaya (pembelajaran yang monoton)
29)  Pembelajaran yang melulu di dalam kelas
30)  Tidak adanya jaringan internet
31)  Tidak adanya jasa foto copy
32)  Keadaan rapat guru yang tidak kondusif
33)  Kurangnya ke-konsekwen-an peserta rapat terhadap keputusan rapat
34)  Seringnya kepanitiaan acara tidak berjalan
35)  Kurangnya penekanan terhadap peserta didik
36)  Sikap kekeluargaan yang menghambat kedisiplinan
37)  Adanya guru yang sering dating terlambat
38)  Adanya siswa yang sering tidak membawa buku ke sekolah
39)  Adanya siswa yang tidak mau mengerjakan tugas dan PR
40)  Adanya beberapa pengurus yang kurang waktu untuk mengontrol keadaan madrasah
41)  Nilai UN yang jujur membuat lembaga ini kalah bersaing,
42)  Kurang minatnya peserta didik untuk melanjutkan ke SMP Negeri sehingga masyarakat berpendapat lulusan lembaga ini tidak mampu meneruskan ke SMPN

3.      (PELUANG)
Beberapa peluang yang dapat penulis lihat pada lembaga MI “Roudlotus Shibyan” Beton.Menganti.Gresik ini adalah ;
1)            Tersedianya mainan yang lengkapa sehingga mudah menarik perhatian anak untuk ikut bergabung
2)            Bersih dan mencoloknya bangunan sehingga dipandang megah dan nyaman
3)            Kepala madrasah yang merupakan tokoh ulma’ di masyarakat yang disegani sehingga memperbesar peluang koneksi antar masyarakat
4)            Latar belakang pendidik yang sebagian besar dari pondok pesantren sehingga memunculkan rasa percaya wali murid akan didikan agama di lembaga ini.
5)            Banyaknya kegiatan yang dilakukan menambah rasa percaya wali murid untuk bergabung agar anaknya turut berprestasi dan menjadi insan yang kamil
6)            Adanya beberapa wali murid yang mengantar anak ke sekolah sehingga terjalin keakraban atar wali murid maupun antar guru dan wali murid
7)            Dengan pendidik yang mempunyai lulusan S-1 menambah kualitas pendidik di lembaga ini.
8)            Pendidik adalah sosok yang selalu ikut aktif berorganisasi di masyarakat.
9)            Relasi kepala madrasah yang begitu luas di masyarakat membuat peningkatan lembaga ini semakin peasat dan tidak menutup kemungkinan dpat menarik simpatisan dari berbagai kalangan.
10)        Adanya berbagai peringatan HBN & HBI sebagai langkah lembaga untuk menanmkan jiwa social bagi peserta didik
11)        Adanya ekstra drum band yang diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat sekitar

4.      (TANTANGAN)
Dari awal lembaga ini berdiri begitu banyak halangan yang dihadapi oleh kepala, wakil maupun para pendidiknya, diantara halangan yang dapat penulis temukan di MI “Roudlotus Shibyan” Beton.Menganti.gresik ini adalah ;
1)            Adanya pesaing yang selalu bersaing dengan jalan tidak sehat
2)            Adanya isu dari luar yang selalu menjelek-jelekkan lembaga ini
3)            Banyaknya perusakan sarana yang dilakukan oleh pihak yang kurang bertanggung jawab
4)            Banyaknya fitnah dari pihak yang kontra dengan lembaga ini
5)            Lokasi yang jauh dari keramaian sehingga sulit di jangkau
6)            Banyaknya lembaga pesaing dengan ruang lingkup/ masyarakat yang sedikit jumlahnya.
7)            Adanya guru yang tidak menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan kewajibannya.
8)            Tergantungnya kegiatan pada satu orang saja (sifat tidak bertanggung jawab)
9)            Kurang berjalannya panitia sehingga terkadang acara tidak berjalan lancar.
10)        Lemahnya tingkat ekonomi masyaraka sehingga menyusahkan lembaga untuk memberikan tawaran dalam memakai buku pendamping
11)        Pendidik yang bertugas bukan dari fak yang sesuai.
12)        Jumlah peserta didik yang terlalu banyak dalam kelas menyusahkan pendidik untuk melaksanakan pembelajaran.
13)        Seringnya siswa yang berpindah ke sekolah lain karena tidak naik kelas.
14)        Adanya masyarakat yang berfikir bahwa pembelajaran di madrasah ini terlalu banyak dan sulit.
15)        Adanya pemikiraran masyarakat yang selalu mengutamakan bebas biaya,
16)        Kurang sadarnya masyarakat akan kualitan bukan kuantitas
17)        Pendidikan masyarakat yang masih rndah sehingga pengetahuannya dalam dunia pendidikan masih belum memadai.
18)        Banyaknya wali siswa yang bekerja sehingga anak kurang mendapat perhatian.
19)        Kurangnya jam belajar tambahan bagi siswa
20)        Kurang keserasian seragam guru,

Demikian analisa SWOT yang dapat penulis lihat di lembaga pendidikan MI Roudlotus Shibyan Beton. Menganti. Gresik ini. Jika analisa ini berbeda dengan analisa individu yang terdapat / berkecimpung di lembaga ini mohon dimaklumi karena pandangan dan analisa setiap orang berbeda-beda.
Kurang lebihnya penulis mohon dibukakan pintu maaf yang seikhlasnya, semoga kita dapat bersam-sama berjuang menjadikan lembaga pendidikan semakin berkembang sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Amin.

Privasi, Ruang Personal, & Teritorialitas serta hubungan-hubungannya dengan lingkungan

Privasi, Ruang Personal, & Teritorialitas serta hubungan-hubungannya dengan lingkungan

Privasi
Merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Beberapa definisi tentang privasi mempunyai kesamaan yang menekankan pada kemampuan seseorang atau kelompok dalam mengontrol interaksi panca inderanya dengan pihak lain.
Rapoport (dalam soesilo,1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. Marshall (dalam Wringhtman & Deaux, 1981) mengatakan bahwa privasi menunujukan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan oranglain dan lingkungan sosialnya. Atman (1975) mendefinisikan privasi dalam bentuk yang lebih dinamis. Privasi adalah proses pengontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada oranglain.
Dalam berhubungan dengan oranglain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diingikannya. Ada saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan oranglain (privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari oranglain (privasi tinggi). Untuk mencapai hal itu, ia akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut :
a.    Perilaku verbal : mengatakan kepada orang lain secara verbal, misalnya “Maaf, saya tidak punya waktu”.
b.   Perialku non verbal : menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang.
c.    Mekanisme kultural : budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu (Altman, 1975; Altman & Chemers dalam Dibyo Hartono, 1986).
d.   Ruang personal : salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu.
e.    Teritorialitas : pembentukan kawasan territorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi privasi
a.       Faktor Personal : menurut Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi dan menurut walden dan kawan-kawan (dalam Gifford, 1987) menemukan adanya perbedaan jenis kelamin dalam privasi.
b.      Faktor Situasional : menurut Marshall (dalam Gifford, 1987) tentang privasi dalam rumah tinggal, menemukan bahwa tinggi rendahnya privasi didalam rumah antara lain disebabkan oleh seting rumah, dan berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang didalamnya untuk menyendiri.
c.       Faktor Budaya : beberapa penelitian ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana meeka mendapatkan privasi.
Pengaruh privasi terhadap perilaku
Altman (1975) mengatakan bila seseorang dapat mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya maka ia akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orangalain dan kapan harus sendiri. Maxime Wolfe dan kawan-kawan (dalam Holahan, 1982) mengatakan orang yang terganggu privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakan. Westin mengatakan dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangakan dan mengelola perasaan otonomi diri.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil suatu rangkuman bahwa fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial; kedua, privasi membantu kita memantapkan perasaan identitas pribadi.
Hubungan privasi dengan lingkungan
Privasi merupakan kemampuan untuk mengontrol diri di dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam berinteraksi dengan masyarakat di sekitar kita. Bagaimana kita ingin berinteraksi untuk dapat membatasi sejauh mana hubungan kita berinteraksi dengan orang lain agar kita tetap dapat mengontrol kehidupan pribadi kita dengan baik. Privasi sangatlah bermanfaat karena cara ini adalah yang paling tepat dalam mengontrol bagaimana kita berinteraksi, akan tetapi bukan berarti berinteraksi dengan oranglain tidak penting, berinteraksi sangatlah penting tapi kita punya cara sendiri untuk membatasi waktu dalam berinteraksi karena kita pasti mempunyai keadaan  dimana keadaan tersebut tidak ingin di ketahui oleh orang lain. Misal : Susi mengajak Rita ke Mall akan tetapi Rita menolaknya dengan mengatakan “Maaf yah Susi, aku lagi banyak tugas kuliah”. Itu adalah salah satu bentuk privasi Rita karena dimana ia tidak ingin diganggu oleh orang lain untuk dapat menyelesaikan tugas kuliahnya.
Ruang Personal
Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur (Yusuf, 1991).
Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain: Pertama, ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang : dengan orang lain. Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. Ketiga, pengaturan ruang personal mempakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi. Keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, makadapat berakibat kecemasan, stres, dan bahkanperkelahian. Kelima, ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain: berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
Edwad Hall, seorang peneliti di bidang ruang personal, membagi jarak antar personal ke dalam 8 bagian.  Menurutnya terjadi gradasi jarak berdasarkan tingkat keakraban antar personal.  Kedelapan jarak tersebut dikelompokkan ke dalam empat jarak utama, yaitu:
            1.   Jarak Intim
     a.    Jarak Intim Dekat (0-6 inchi atau 0-15 cm), yaitu jarak yang muncul pada kondisi memeluk, menenangkan, percintaan, pergulatan (olahraga) atau kontak penuh dengan orang lain.  Orang-orang tidak hanya berinteraksi pada situasi intim, atau melakukan kegiatan berdasarkan peraturan (gulat), tapi juga bisa terjadi pada kondisi emosi negatif (mis: manajer bola basket yang bertengkar dengan wasit).
     b.   Jarak Intim Jauh (6-18 inc atau 15-45 cm), mewakili hubungan yang cukup erat, misalnya seseorang yang membisikan sesuatu ke temannya,
            2.   Jarak Personal
     a.    Jarak Personal Dekat (18-30 inc atau 45-75 cm), yang berlaku bagi orang-orang yang saling mengenal satu sama lain dalam konteks yang positif.  Biasanya diwakili oleh orang yang saling berteman atau pasangan yang sedang berbahagia.
     b.   Jarak Personal Jauh (75 cm-1,2 m),  adalah jarak yang digunakan oleh orang-orang yang berteman tapi tidak saling akrab.  Biasanya jika kita menjumpai dua orang yang bercakap pada jarak ini maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka adalah berteman tapi tidak saling akrab,
            3.   Jarak Sosial
     a.    Jarak Sosial Dekat (1,2 – 2 m), terjadi pada situasi ketika kita diperkenalkan kepada kawan ibu kita ketika bertemu di super market,
     b.   Jarak Sosial Jauh (2-3,5 m), umumnya terjadi ketika melakukan transaksi bisnis resmi.  Pada situasi ini sangat kecil atau sama sekali tidak ada suasana pertemanan, karena biasanya masing-masing perusahaan mengutus wakil untuk berinteraksi,
            4.   Jarak Publik
     a.    Jarak Publik Dekat (3,5-7 m), biasanya digunakan oleh seorang dosen yang mengajar kelas theater yang terdiri dari ratusan murid di mana jika berbicara harus dari jarak yang tepat sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru ruangan.  Jika kita  berbicara kepada 30-40 orang, kira-kira jarak inilah yang umum kita pakai agar suara kita bisa terdengar jelas oleh masing-masing orang,
     b.   Jarak Publik Jauh (7 m atau lebih), biasanya jarak yang disediakan jika ada interaksi masyarakat umum dengan seorang tokoh penting.  Akan tetapi jika tokoh itu ingin bercakap maka umumnya dia akan mendekat.
ada beberapa unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang, yaitu:
1.  Jenis Kelamin : Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri,
2.  Umur : Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada  kaitannya dengan kemandirian.  Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi.  Pada usia 18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi.  Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti yang dilakukan orang dewasa.
3.  Kepribadian : Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki RP yang lebih kecil.  Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil.  Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.
4.  Gangguan Psikologi atau Kekerasan : Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.  Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat dekat
5.  Kondisi Kecacatan : Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan RP yang diterapkan.  Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6.  Ketertarikan : Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain.  Namun yang paling umum adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik.  Dua sahabat akan berdiri pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing.  Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7.  Rasa Aman/Ketakutan : Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya.  Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.  Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda. 
8.  Persaingan/Kerjasama : Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan, sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian.  Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang baru masuk.
9.  Kekuasaan dan Status : Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
10.  Pengaruh Lingkungan Fisik : Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik.  Di ruang dengan cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila ruangannya sempit atau kecil.  Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut daripada di tengah ruangan. 
11.  Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis
Hubungan Ruang Personal dengan Lingkungan
Ruang personal merupakan suatu batasan yang kaku dalam interaksi sosial dan akan bertambah ataupun berkurang kedekatannya. Misalnya : apabila kita baru saja kenal dengan orang baru disuatu tempat seperti di dalam kendaraan umum, orang tersebut mengajak kita berbicara dan kita menanggapi dengan seadanya dan seperlunya saja, itu di sebut sebagai ruang personal.
Menurut Holahan (dalam Iskandar, 1999) teritoritas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan atau tempat yang di tempatinya atau area yang sering melibatkan ciri pemikirannya dan pertahanan dari segala serangan.
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari teritorialitas, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3. Hak untuk mempertahankan diri dari ganggunan luar
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis Sedangkan menurut Altman (1975), teritorial bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial. Altman juga membagi territorialitas menjadi tiga, yaitu :
1. Teritorial Primer
Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori uatam ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya karena menyangkut masalah serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.
2. Teritorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Territorial ini juga dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritori sekunder adalah semi-publik.
3. Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat Sommer dan de War (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.  Teritorialitas dan Perbedaan Budaya Setiap budaya memilki teritorialitas dan perbedaan budaya yang berbeda dan menimbulkan berbagai macam ciri khas tertentu. Akibat perbedaan budaya tersebut muncul teritorialitas.

Hubungan Teritorialitas dengan Lingkungan
Sebagai contoh orang Jawa biasanya memberikan wejangan kepada anak-anaknya “kalau menikah harus dengan orang Jawa juga”. Dari kata-kata wejangan tersebut dapat dilihat orang Jawa memberi teritorialitasnya kepada anak-anaknya sebagai suatu batasan atau pertahanan ciri khas suatu budayanya.