BENTUK-BENTUK
PEDOMAN OBSERVASI
I.DAFTAR CEK (CHECKLIST)
A.Pengertian
Daftar cek adalah suatu daftar yang
memuat aitem-aitem pernyataan tentang aspek-aspek yang mungkin muncul terjadi
dalam suatu situasi, tingkahlaku, atau kegiatan individu yang diamati.tingkah
Semua aspek tingkah laku, situasi
observee yang akan diamati telah dinyatakan dalam suatu daftar.
Observer tinggal memberikan tanda
cek pada daftar sesuai dengan ada tidaknya aspek-aspek yang diamati dalam suatu
situasi.
Daftar cek dapat digunakan untuk
mengamati individu maupun kelompok.
B.Langkah-langkah
Pelaksanaan Observasi Checklist
Terdapat 3 tahap pelaksanaan
kegiatan Observasi dengan teknik daftar cek, yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap analisis hasil,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap
Persiapan
Dimulai dengan menetapkan topic observasi,
menentukan variabel, indicator, predictor, penyusunan aitem pernyataan,
penentuan kriteria dan penyusunan pedoman observasi.
2. Tahap
Pelaksanaan
Meliputi langkah penyiapan pedoman
observasi, pengambilan atau penentuan posisi observasi, pengamatan perilaku
observe, serta pencatatan dengan cek.
3. Tahap
Analisis hasil
Meliputi
langkah penyusunan data hasil observasi dan penyimpulan data.
C.APLIKASI
PELAKSANAAN OBSERVASI CHECKLIST
1. Langkah
penentuan topic
Kebiasaan
belajar siswa di dalam kelas selama PBM
2. Langkah
Penentuan Variabel
Partisipasi
siswa dalam pelajaran fisika
3. Langkah
penentuan indicator, predictor dan aitem pernyataan
Variabel
|
Indikator
|
Prediktor
|
Aitem
Pernyataan
|
Partisipasi siswa dalam PBM fisika
|
Sebelum
PBM
|
Kedatangan
|
|
Persiapan
Kelengkapan Pelajaran
|
|
||
Selama
PBM
|
Memperhatikan
|
|
|
Bertanya
|
|
||
Berpendapat
|
|
||
Menjawab
Pertanyaan
|
|
||
Mengerjakan
Tugas
|
|
||
Akhir
PBM
|
Merangkum
|
|
|
Memperdalam
|
|
Langkah Penentuan kriteria :
Penetapan
kriteria : Jika antara 1% - 24% sub-sub variabel (pernyataan) yang mendapat
tanda cek maka diprediksikan bahwa observee tidak berpartisipasi aktif dalam
PBM; jika antara 25% - 49% pernyataan yang mendapat tanda cek maka dikatakan
observee kurang aktif dalam PBM jika antara 50% - 74% maka dikatakan cukup
berpartisipasi aktif; jika antara 75% - 100% maka dikatakan aktif
berpartisipasi aktif dalam PBM.
Secara ringkas kriteria tersebut dapat dilihat dalam table berikut:
No
|
Kriteria
|
Interpretasi
|
1.
|
1% – 24%
|
Observee tidak berpartisipasi
aktif dalam PBM
|
2.
|
25% – 49%
|
Observee kurang aktif dalam PBM
|
3.
|
50% - 74%
|
Observee cukup aktif
berpartisipasi
|
4.
|
75% - 100%
|
Obervee aktif berpartisipasi
|
Langkah penyusunan pedoman observasi :
Berikut ini
merupakan contoh format atau pedoman daftar cek atau checklist individual
tentang kebiasaan belajar seorang mahasiswa di dalam kelas pada saat jam-jam
kosong dan dosen tidak ada.
PEDOMAN
OBSERVASI “CHECK LIST”
(INDIVIDUAL)
I. IDENTITAS SUBYEK
1. Nama :
2. Kelas/Program :
3. No. induk/absen :
4. Tempat/tgl lahir :
5. Hari/tgl observasi :
6. Tempat observasi :
7. Waktu :
II. ASPEK YANG DIAMATI : Kebiasaan mahasiswa dalam perkuliahan
III. PETUNJUK : Berikan
tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan atau gejala yang nampak
pada individu yang diobservasi.
No.
|
Pernyataan/Faktor/Indikator
|
Hasil
Observasi
|
1
|
Datang sebelum kuliah dimulai
|
|
2
|
Mempersiapkan kelengkapan kuliah
dengan baik
|
|
3
|
Memperhatikan penjelasan dosen
|
|
4
|
Mengajukan pertanyaan sesuai
materi perkuliahan
|
|
5
|
Memberikan pendapat
|
|
6
|
Mengerjakan soal latihan
|
|
7
|
Memeriksa kembali hasil
pekerjaannya
|
|
8
|
Aktif berdiskusi/Tanya jawab
|
|
9
|
Membuat rangkuman materi
|
|
10
|
Melakukan pendalaman
|
|
Total skor
(f)
|
|
|
Jumlah skor
maksimal (M)
|
|
Tahap Pelaksanaan
Pada
tahap ini observer (pengamat) menyiapkan format, checklist terlebih dahulu,
kemudian observer mengambil posisi dekat dengan observee selanjutnya melakukan
pengamatan secara cermat terhadap perilaku observee, dan diusahakan agar
observee tidak menyadari bahwa ia sedang diobservasi.
Tahap Analisis Hasil
Tahap
pertama, menghitung berapa kali penggunaan alat yang sama telah dilancarkan
terhadap subjek yang sama. Misalkan terhadap seorang observee “A” telah
dilakukan observasi terhadap partisipasinya dalam PBM. Dengan demikian akan
diperoleh sepuluh lembar pedoman observasi yang terisi.
Tahap
kedua, menentukan N dengan mengalikan
jumlah sub variabel n = 10, dengan frekuensi pelancaran observasi 10, sehingga
ditemukan N sama dengan 100. Tahap ini dilanjutkan dengan menjumlahkan seluruh
tanda cek pada sepuluh lembar pedoman observasi. Dalam hal ini diandaikan terdapat frekuensi
(f), sama dengan 85 tanda cek.5 Tahap
ketiga, memasangkan indeks prosentase dengan kriteria yang telah disusun
sebelumnya, untuk memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini, ternyata diperoleh
indeks 85 berpasangan dengan “sub kriteria empat” atau dengan disimpulkan bahwa
Rida termasuk siswa yang aktif berpartisipasi dalam PBM.
Pengambilan
kesimpulan terhadap tingkah laku harus
tetap diingat, perlu dipadukan dan dibandingkan dengan berbagai data lain
dengan berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda. Dengan demikian setap
kesimpulan yang dibuat sedapat mungkin mendekati akurasi yang tinggi.
Keakurasian kesimpulan selanjutnya menentukan kejituan dalam memberikan
perlakuan sesuai fakta data yang ada.
Di bawah ini adalah contoh hasil 1x
observasi terhadap subyek “A” dan hasil observasi kelompok
Tabel
Hasil Observasi Checklist (Individual)
No.
|
Pernyataan/Faktor/Indikator
|
Hasil Observasi
|
1
|
Datang sebelum kuliah dimulai
|
√
|
2
|
Mempersiapkan kelengkapan kuliah
dengan baik
|
√
|
3
|
Memperhatikan penjelasan dosen
|
√
|
4
|
Mengajukan pertanyaan sesuai
materi perkuliahan
|
|
5
|
Memberikan pendapat
|
|
6
|
Mengerjakan soal latihan
|
√
|
7
|
Memeriksa kembali hasil
pekerjaannya
|
√
|
8
|
Aktif berdiskusi/Tanya jawab
|
√
|
9
|
Membuat rangkuman materi
|
|
10
|
Melakukan pendalaman
|
|
Total skor
(f)
|
6
|
|
Jumlah skor
maksimal (M)
|
10
|
Dari hasil observasi didapatkan data bahwa subyek/observee
mendapatkan skor 6. Dengan demikian
kebiasaan subyek dapat dianalisia dengan rumus berikut:
P = f/N x 100%
|
Keterangan: P = Perilaku
f
= frekuensi gejala yang nampak
N
= skor maksimal
Setelah penghitungan dilakukan, kemudian
hasilnya dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan.. Hasil
perhitungan data observasi di atas adalah:
= 6/10 x 100%
= 60% ---------Ã observe cukup aktif dalam mengikuti perkuliahan.
PEDOMAN
OBSERVASI “CHECK LIST”
(KELOMPOK)
I. IDENTITAS SUBYEK
1. Kelas/Program :
2. No. induk/absen :
3. Tempat/tgl lahir :
4. Hari/tgl observasi :
5. Tempat observasi :
6. Waktu :
II. ASPEK YANG DIAMATI : Kebiasaan mahasiswa dalam
perkuliahan.
III. PETUNJUK : Berikan tanda cek
(√) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan atau gejala yang nampak pada
individu yang diobservasi.
No.
|
Faktor/ Pernyataan/Indikator
|
Ahmad
|
Dhani
|
Mulan
|
1
|
Datang sebelum kuliah dimulai
|
|
√
|
|
2
|
Mempersiapkan kelengkapan kuliah
dengan baik
|
√
|
√
|
√
|
3
|
Memperhatikan penjelasan dosen
|
√
|
√
|
√
|
4
|
Mengajukan pertanyaan sesuai
materi perkuliahan
|
|
√
|
|
5
|
Memberikan pendapat
|
|
|
|
6
|
Mengerjakan soal latihan
|
√
|
√
|
√
|
7
|
Memeriksa kembali hasil
pekerjaannya
|
√
|
√
|
√
|
8
|
Aktif berdiskusi/Tanya jawab
|
|
√
|
|
9
|
Membuat rangkuman materi
|
√
|
|
|
10
|
Melakukan pendalaman
|
√
|
|
|
Total skor
(f)
|
6
|
7
|
4
|
|
Jumlah skor
maksimal (M)
|
10
|
IV.ANALISIS
Untuk pedoman check-list
kelompok, kita dapat sekaligus membuat analisis untuk beberapa observe. Dari
data di atas didapatkan bahwa Ahmad
memperoleh sskor 6, Dhani memperoleh skor 7, sedangkan Mulan mendapatkan
skor 4.
Dengan demikian kebiasaan
Ahmad, Dhani dan Mulan dapat dianalisa dengan rumus berikut:
P = f/N x 100%
|
Keterangan: P = Perilaku
f
= frekuensi gejala yang nampak
N
= skor maksimal
Ahmad à 6/10 x 100% = 60%, cukup aktif berpartisipasi
Dhani à 7/10 x 100% = 70%, cukup aktif berpartisipasi
Mulan à 4/10 x 100% = 40 %, kurang aktif berpartisipasi
II. SKALA PENILAIAN (RATING
SCALE)
A. Pengertian
Skala penilaian
adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi
dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
Dalam bentuk skala
penilaian aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Skala penilaian
biasanya terdiri dari suatu daftar yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri
tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat, sehingga observer tinggal
memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu
muncul. Penggunaan instrumen ini, perlu diperhatikan arti dari skala beserta
penjabarannya. Misalnya pada skala kualitatif, kategorisasi deskriptif harus
diperjelas batasan kuantitatifnya. Misalnya skala kualitatifnya ada selalu,
sering, kadang-kadang, tidak pernah. Maka kapan sesuatu yang dianggap sering
apabila melakukan sesuatu 10-15kali, kadang-kadang jika frekuensi tingkah laku
itu 4-9 kali dan seterusnya. Penentuan kriteria ini berdasarkan pertimbangan
tertentu, misalnya durasi waktu, latensi, intensitas, dll.
Adapun gejala
atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala penelitian,
antara lain : partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan kegiatan
belajar dengan sistem modul, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran di
kelas, kebiasaan mengganggu teman, keterampilan di dalam kelas, dan lain-lain
topic yang relevan dengan kehidupan di sekolah.
B. Bentuk-bentuk
skala penilaian
Bentuk-bentuk
skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif (2)
deskriptif
(3) grafis. Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-
satu.
Skala
penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk bilangan atau angka.
Skala
penilaian deskriptif, adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk kata-kata deskriptif.
Skala
penilaian grafis, adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan
aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala bentuk grafis
(garis).
C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN RATING
SCALE
Terdapat
tiga tahap penyelenggaraan kegiatan observasi dengan teknik skala penilaian,
yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.
Tahap
persiapan meliputi : langkah penetapan topic, penentuan variabel, indicator,
predictor, item-item pernyataan, langkah penentuan alternative skala, langkah
penentuan kriteria, langkah penyususnan pedoman observasi. Tahap pelaksanaan,
meliputi : langkah-langkah penyiapan pedoman observasi, dan pengamatan perilaku
observee serta pencatatan dalam skala. Selanjutnya tahap ketiga, analisis
hasil, observasi dan penyimpulan data.
Adapun
aplikasi ketiga tahap tersebut telah diuraikan berikut ini :
Langkah
penentuan topic :
Penentuan
topic observasi adalah partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi.
Langkah
penentuan variabel :
Variabel
bagi skala penilaian kuantitatif, yaitu: variabel pertama, partisipasi dan
variabel kedua adalah kegiatan diskusi.
Langkah
penentuan alternative skala:
Skala kuantitatif dinyatakan
dalam angka, missal : skala 1 2 3 4 5. Skala deskriptif dinyatakan dalam
kategori pernyataan diskriptif, missal: sering-pernah-jarang-tidak pernah.
Skala grafis merupakan penggabungan skala kuantitafi dan kualitatif yang
ditampilkan dalam suatu garis.
Langkah
penentuan kriteria :
Penentuan kategori setiap
sehingga memberi arah penggolongannya, missal : skala kuantitatif mulai dari
skala 1 berarti tidak pernah, skala 2 berarti jarang, skala 3 berarti
kadang-kadang, skala 4 berarti sering, skala 5 berarti selalu. Prediksi
kemunculan gejala perilaku dengan skala deskriptif: jika antara 76% - 100% dikatakan
sangat aktif,, 56% - 75% dikatakan aktif, 26% - 55% dikatakan cukup aktif, 1% -
25% dikatakan kurang aktif. Prediksi menunjukkan angka 1 pada stata garis maka
berarti tidak pernah (mempunyai kebiasaan kurang baik di kelas), angka 2 pada
suatu garis berarti kadang-kadang (mempunya kebiasaan yang tidak terlalu
menonjol dan umumnya dilakukan oleh kebanyakan siswa yang lain), angka 3 pada
suatu garis berarti sering (mempunyai kebiasaan baik di kelas). Jika pernyataan
dalam skala grafis itu negative maka arti setiap skala adalah sebaliknya.
Langkah
penyusunan pedoman observasi Skala
Penilaian Kuantitatif
Berikut
ini adalah contoh format atau pedoman skala penilaian kuantitatif tentang
partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi di kelas.
PEDOMAN
OBSERVASI
SKALA
PENIALAIAN KUANTITATIF
I. IDENTITAS SUBYEK
1. Nama :
2. Kelas/Program :
3. No. induk/absen :
4. Tempat/tgl lahir :
5. Hari/tgl observasi :
6. Tempat observasi :
7. Waktu :
II. ASPEK YANG DIAMATI : Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi
III. PETUNJUK : Lingkari
angka-angka di bawah ini sesuai dengan yang anda amati
No
|
Pernyataan
|
Alternatif
|
|||||||||
Nilai 4
|
Nilai 3
|
Nilai 2
|
Nilai 1
|
||||||||
1.
|
Mempelajari materi sebelumnya
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2
|
Mempelajari aturan diskusi
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
3.
|
Mempersiapkan kelengkapan diskusi
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
4.
|
Mendengarkan
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
5.
|
Mengajukan pertanyaan
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
6.
|
Menyampaikan gagasan
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
7.
|
Menyanggah pendapat dengan baik
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
8.
|
Menjawab pertanyaan
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
9
|
Mengerjakan tugas isian
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
10
|
Merangkum hasil
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
11
|
Menyimpulkan pandangan baru
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Keterangan:
Rentangan setiap aspek yang diobsevasi berskala 1- 10. Artinya:
9 – 10 nilainya 4,
berarti alternatifnya selalu
7 – 8 nilainya 3,
berarti alternatifnya sering
4,5,6 nilainya 2,
berarti altenatifnya jarang
1,2.3 nilainya 1,
berarti alternatifnya sangat kurang
Komentar/Kesimpulan
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
Surabaya,………..
Observer…………
PEDOMAN
OBSERVASI
SKALA
PENIALAIAN KUANTITATIF
I. IDENTITAS SUBYEK
1. Nama :
2. Kelas/Program :
3. No. induk/absen :
4. Tempat/tgl lahir :
5. Hari/tgl observasi :
6. Tempat observasi :
7. Waktu :
II. ASPEK YANG DIAMATI : Aktivitas diskusi
III. PETUNJUK : Berikan tanda
cek (V) pada kolom yang sesuai dengan gejala perilaku pada individu
No
|
Pernyataan
|
Alternatif
|
|||
Sering
|
Aktif
|
Jarang
|
Tk.aktif
|
||
1
|
Mempelajari materi sebelumnya
|
|
|
|
|
2
|
Mempelajari aturan diskusi
|
|
|
|
|
3
|
Mempersiapkan kelengkapan diskusi
|
|
|
|
|
4
|
Mendengarkan
|
|
|
|
|
5
|
Mengajukan pertanyaan
|
|
|
|
|
6
|
Menyampaikan gagasan
|
|
|
|
|
7
|
Menyanggah pendapat dengan baik
|
|
|
|
|
8
|
Menjawab pertanyaan
|
|
|
|
|
9
|
Mengerjakan tugas isian
|
|
|
|
|
10
|
Merangkum hasil
|
|
|
|
|
11
|
Menyimpulkan pandangan baru
|
|
|
|
|
Komentar/Kesimpulan:
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
Tahap Pelaksanaan
Tahap
ini merupakan implementasi metode observasi dengan menggunakan instrument
pedoman observasi berbentuk skala penilaian. Setelah menyiapkan pedoman
observasi, observer melakukan pengamatan tingkah laku dan selanjutnya dengan
cermat menandai kemunculan tingkah laku, menghitung, dan menuliskannya pada
kategori skala tingkah laku pada instrument pedoman observasi skala penilaian.
Kecermatan pencatatan frekuensi kemunculan amat penting, termasuk menjaga
kehadiran observe seminimal mungkin tidak diketahui observee.
Tahap Analisis Hasil
Tahap
pertama, menghitung berapa kali observasi dilancarkan kepada observee dengan
menggunakan instrument pedoman observasi skala penilaian, missal 10 kali. Maka,
didapatkan catatan hasil observasi sebanyak sepuluh lembar pedoman observasi
skala penilaian.
Tahap
kedua, menentukan N dengan mengalikan jumlah pernyataan n= 11 (skala penilaian
kuantitatif) dengan frekuensi pelancaran observasi 10, sehingga ditemukan N = 110.
Tahap ini dilanjutkan dengan menjumlahkan seluruh tanda cek pada 10 lembar
pedoman observasi. Dalam hal ini diandaikan ada frekuensi (f), sama dengan 25
tanda cek dengan rincian: nilai 1 sebanyak 5kali; nilai 2 sebanyak 5kali; nilai
3 sebanyak 10kali; nilai 4 sebanyak 5kali. Keseluruhan nilainya sama dengan 65.
Tahap
ketiga, menghitung prosentase kemunculan gejala perilaku dengan rumus, yaitu
f/N X 100 dan diperoleh sebersar 59,09%
Tahap
keempat, mencocokkan indeks prosentase dengan kriteria untuk memperoleh
kesimpulan. Berdasar pada kriteria, indeks yang didapat termasuk dalam kategori
penilaian “aktif dalam berpartisipasi”. Maka, dapat disimpulkan bahwa “siswa
termasuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan diskusi”.
Kesimpulan
seperti hal tersebut masih tetap harus memperhitungkan berbagai data lain yang
diperoleh melalui pengumpulan data yang berbeda.
3. Catatan Anekdot (Anecdotal
Records)
a. Pengertian
Catatan
anekdot merupakan salah satu bentuk pedoman observasi dimana observer melakukan
pencatatan tingkah laku secara langsung, obyektif, singkat, jelas, terhadap
kemunculan tingkah laku yang dianggap penting untuk direkam. Berbeda dengan
pedoman observasi yang lain catatan anekdot tidak mencantumkan item-item
pernyataan tingkah laku yang telah dituliskan sebelumnya pada pedoman
observasi. Jadi, pedoman ini tanpa pernyataan (kosong), dan akan diisikan
berdasarkan kemunculan tingkah laku yan muncul pada saat itu yang dianggap
penting untuk direkam.
Pencatatan
peristiwa penting ini harus dibedakan antara berita atau fakta dengan pendapat
(opini) pengamat. Berita/fakta merupakan gambaran obyektif situasi, keadaan,
tingkah laku tanpa penambahan atau pengurangan apapun sebagai pengaruh kesan
observer. Peristiwa yang dimaksud seperti: merokok, meninggalkan kelas,
perkelahian, membolos, menyontek, membuat gaduk di kelas. Pengamatan ini
penting dalam rangka penyelidikan maupun mengetahui tingkat-tingkat ubahan
tingkah laku tertentu.
Adapun
kegunaan catatan anekdot adalah (1) memperoleh data/fakta yang lebih tepat
tentang individu. (2) memperoleh keutuhan deskripsi terjadinya suatu tingkah
laku yang lengkap (3) memperoleh pemahaman yang lebih konkrit, obyektif,
lengkap tentang terjadinya tingkah laku (4) memperkembangkan cara-cara
penyesuaian diri dengan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan individu yang
bersangkutan.
Dalam
proses konseling catatan anekdot memberikan informasi yang lebih objektif dan
jelas guna memahami tingkah laku klien, termasuk memperoleh perkembangan
tingkah laku yang terjadi pada klien. Pada konferensi kasus hasil catatan
anekdot juga merupakan kelengkapan informasi yang lebih factual tenteng
individu selama di sekolah. Catatan anekdot berguna bagi staf sekolah untuk
menyesuaikan diri dengan siswa; berguna bagi guru yang berminat untuk memahami
masalah-masalah siswa.
b. bentuk-bentuk catatan anekdot
menurut
bentuknya catatan anekdot ini diklasifikasikan menjadi:
1. catatan anekdot deskriptif
Adalah
catatan yang mendeskripsikan tingkah laku, kegiatan atau situasi yang terjadi
dalam bentuk pernyataan apa adanya sesuai proses berlangsungnya kejadian.
2. catatan anekdot interpretative
Adalah
suatu catatan dimana observer menginterpretasikan kejadian tingkah laku, berdasarkan
fakta yang diobservasi.
3. catatan anekdot evaluative
Adalah
suatu catatan yang menggambarkan tingkah laku, kegiatan atau situasi yang
berupa peilaian oleh pengamat berdasarkan ukuran baik-buruk, benar-salah, datap
diterima-tidak dapat diterima.
c. langkah-langkah penyelenggaraan catatan anekdot
terdapat
tiga tahap yang dilakukan dalam penyelenggaraan catatan anekdot yaitu: tahap
persiapan, pelaksanaan, analisis hasil. Walaupun peristilahan tahapan ini sama
dengan langkah-langkah pengadministrasian pedoman observasi yang lain, tetapi
dalam catatan anekdot ini, berbeda dengan beberapa administrasi instrument
pedomen observasi sebelumnya.
Tahap
persiapan ini dilakukan mengarah pada pelaksanaan, meliputi: penetapan
aspek-aspek tingkah laku tertentu yang akan dicatat, penetapan siapa berapa
pengamat, penetapan bentuk catatan anekdot. Tahap pelaksanaan, meliputi:
menyiapkan format cataan anakedot, penentuan posisi observasi, pengamatan dari
pencatatan perilaku individu. Selanjutnya, tahap ketiga , ialah tahap analisis
hasil, di dalam teknik catatan anekdot ini lebih dikenal dengan komentar dan
interpretasi.
Adapun
aplikasi ketiga tahap tersebut diuraikan berikut ini:
Langkah penentuan aspek tingkah laku
yang dicatat :
Catatan
anekdot dapat dikenakan pada sebarang siswa. Akan tetapi pada kepentingan
khusus pengamatan dapat diarahkan pada siswa tertentu dalam mana tingkah
lakunya perlu diamati. Sedangkan aspek-aspek tingkah laku yang diamati juga
dapat ditentukan, atau hanya ditetapkan tingkah laku tertentu yang menonjol
ekstrim yang perlu dicatat. Pencatatan mencakup kapan, dimana, sebab tingkah
laku muncul, seperti apa tingkah laku itu, akibat, frekuensi, durasi,
latensinya. Aspek-aspek tingkah laku tersebut misalnya: kerjasama, ketelitian,
perkelahian, membolos, membuat gaduh, menyontek dan sebagainya.
Langkah penentuan siapa yang
melakukan pencatatan :
Pihak-pihak
yang akan melakukan pencatatan sedapat mungkin terlibat dalam aktivitas yang
diamati. Yang melakukan bisa saja guru bidang studi, wali kelas, konselor,
maupun pihak lain. Hal terpenting bagi pihak observer adalah pemahamannya
tentang metode observasi, aspek yang diobservasi, kerahasiaan hasil. Maupun
kesediannya. Selanjutnya menentukan seberapa banyak orang yang akan melakukan
pencatatan terhadap perilaku siswa.
Langkah penentuan bentuk catatan
anekdot :
Bentuk
cacatan anekdot dapat berupa lembaran kecil yang berisikan satu catatan
peristiwa tertentu. Atau berbentuk catatan berskala yang berisikan catatan beberapa
peristiwa yang dilakukan seara periodic dalam waktu tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar