FIELD NOTE
Kode file: Si Mbah / Petani /01
Judul: Pagi itu
Informan: Pak Suparno, Pak Hasan,Bu Sawit, pak Kandar
Lokasi: Dusun Kali Moro Desa Kali Padang - Benjeng
Waktu: Senin, 27 Februari 2012/jam 08.00 – 09.30
Pagi itu kami memulai dengan boncengan tiga orang menuju dusun Kali Moro, karena kami rasa dengan jalan kaki cukup melelahkan karena harus melewati jalan makadam,dengan catatan apabila sampai di permukiman warga, kami suruh salah seorang teman kami meninggalkan kami dan kami suruh menjemput apabila sudah selesai.
Sepanjang perjalanan kami dihadapkan dengan pemandangan yang menyejukkan, dimana padi mulai menguning sebagai tanda masa panen telah tiba, dan warga menyambut masa ini dengan sibuk keluar rumah guna memetik hasil jerih payah yang tiap tiga bulan sekali lamanya mereka nantikan, ada yang dari mereka baru memetik dan ada juga yang sudah ngerontok (istilah warga sekitar melepaskan padi dari batangnya dengan menggunakan mesin), dan itu mereka lakukan ramai – ramai, disinilah Nampak semangat gotong royong mereka..
Tak ayal sepertinya pertemuan yang diatur olehNYA, disaat perjalan kami disapa dengan senyuman di antara tengah – tengah para petani, sontak dalam benak saya merasa pernah melihat senyuman itu, betul! dia adalah pak Suparno Kepala Dusun Kali Moro. Sejurus setalah itu langsung kami menghampiri pak Suparno, sambil menjapat tangan kami satu per satu sambil mengibas-ngibaskan tangannnya karena takut nanti mengotori tangan kami,”Bade teng pundi?”,Tanya beliau. “mlampah – mlampah mawon”, jawab saya, dilanjutkan dengan pertanyaan saya:”Ajenge panen ta pak?”, dengan ramah dia menjawab:”nje, niki bade teng saben,”. Kemudian dilanjutkan dengan tawaran ramahnya : “mbok menawi teng griyo? Monggo, kulo tak wangsol”, “oh mboten,monggo dipon lanjut mawon”, ucapan dari hati hati yang diliputi rasa segan “. “Pak RT wonten menawi teng griyo”, ucap Pak Parno. “ngapunten, sinten asmane Pak RT?”, “pak Hasan” jawab beliau, barulah kami mengetahui nama salah satu RT dan satu – satunya RT yang ada di dusun Kali Moro.
Sambil berpamitan kami melanjutkan perjalanan menuju permukiman warga, selang beberapa menit kemudian kami sudah sampai di permukiman, kami melihat kampung begitu lengang karena mayoritas disibukkan dengan pekerjaan di sawah, sejauh mata memandang Nampak seorang bapak-bapak yang tidak terlalu tua sedang duduk – duduk di bayang depan rumah, kami langsung menghampirinya, sambil kebingungan apa yang akan kami obrolkan, sontak keluar dari mulut saya bertanya: “ngapunten, Derek tangglet,dalemmipon pak hasan sebelah pundi nje?”. “oh niku mas,(sambil menunjuk dengan menggunakan jempolnya bahwa rumah yang kami maksud ada didepan rumahnya), “oh nje pak mator nuwon, napunten”, ucap kami sambil berpamitan.
Sepuluh langkah kemudian sampailah kami di rumah pak Hasan, sang ketua RT di Dusun Kali Moro yang selanjutnya baru kami ketahui bahwa beliau adalah korban PHK dari PT. Semen Gresik tahun 1998 dan sekarang pekerjaan sehari – harinya menggarap sawah di belakang rumahnya dan juga menjabat ketua RT 07 dusun Kali Moro, meskipun jabatan ini dia istilahkan bahwa jabatan RT di desa hanya sebagai nama saja, tidak ada fungsinya sama sekali.kemudian istri pak Hasan menyuruh kami menunggu sebentar seraya memberitahukan bahwa pak Hasan sedang sibuk di sawah belakang.”oh nje buk, mboten nopo – nopo”, basa – basi kami seraya menunggu di teras depan rumah beliau, selang beberpa menit kemudian istrinya memberi tahu kami :“ Bapak teng wengkeng, nikulo benek aken tanggul sawah”. Kemudian kami berinisiatif :“oh nje buk, mboten nopo – nopo, kulo tak nyosol mawon teng wengkeng mboten nopo – nopo nje?. “monggo” sahut bu Hasan
Kemudian kami melangkahkan kaki ke belakang rumah pak Hasan, kami kaget disaat dilihatkan dengan pemandangan penuh genangan air di belakang rumah pak Hasan membuat kami ekstra hati-hati menapaki jalan setapak siapa tahu kanan –kiri kami selokan atau kali kecil atau jublang.Baru kemudian kami menemukan pak Hasan yang memang sedang sibuk membetulkan tanggul sawahnya. Dari sini perbincangan pun mengalir mulai dari pertanian, pendidikan sampai “kebanjiran”, sengaja istilah “kebanjiran” ini kami gunakan membuka pembicaraan kami dengan pak Hasan bahwa tahun kemarin di dusun Kedung Rukem terkena banjir kiriman dari Kali Lamong. Dari sini kami menyimpulkan pemerintah masih menyisahkan PR yang harus segera ditangani sehingga tidak menyisahkan penderitaan bagi masyarakat warga sekitar.”Alhamdulillah tahun ini tidak banjir”, ucapan beliau melanjutkan perbincangan kami, meskipun pak Hasan bisa berucap seperti itu sebagai bentuk rasa syukur, namun bahaya banjir sewaktu – waktu mengancam mereka tiap musim penghujan datang. Tidak hanya bahaya banjir yang mengancam kehidupan mereka, bahkan yang mereka takutkan lagi adalah gagal panen (puso), tahun kemaren banyak warga mengalami puso karena serangan hama wereng, meskipun pemerintah sudah berusaha dengan mensuplai bibit padi, itu bukan jaminan bahwa mereka bisa panen tiap tahunnya, padahal mayoritas warga menggantungkan kehidupan mereka dari bertani untuk bisa makan sehari- hari. Profesi Petani di. Dusun ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu Pertama Petani, adalah mereka yang memiliki sawah sendiri dan kemudian digarap sendiri, Ke-dua Petani Penggarap, adalah orang yang tidak memiliki sawah tapi mau menggarap sawah orang lain dengan kesepakatan awal bagi hasil panen, Ke-tiga Buruh Tani, adalah warga sekitar, orang luar desa ataupun luar kota menjual tenaga memanen padi, bahkan menurut keterangan pak Hasan ada juga buruh tani dari Jombang, dari klasifikasi ini hanya kelompok pertama dan ke-dua saja yang mendapatkan bantuan bibit dari pemerintah, warga asli yang masuk kelompok ke-tiga tidak mendapatkan bantuan bibit padi. Ditambah masalah psikologis penduduk yang kurang menyadari akan arti perjuangan hidup.” Ngakune miskin,miskin, mboten nggada garapan, diparingi garapan mboten poron, nje repot” sambung beliau “Pokokne teng mriki niku poron soroh mboten mungkin mboten mangan,kados pak mu’in niku,mboten nggada tapi garapane katah, nje nompok-nompok”, ucap pak Hasan.
Lumayan lama perbincangan kami sehingga kami merasa sudah menyita waktu begitu banyak dari pak Hasan. Sambil merogoh saku saya dan berucap menawarkan “monggo pak, ngeses”. “sajane mboten ses ngeten, niku wau telas setunggal (sambil senyum-senyum) dia mengambil seputung rokok lalu menghisapnya. Seraya menikmati hisapan rokok, kami menghaturkan maaf dan banyak terima kasih atas waktu yang sudah diberikan oleh pak Hasan dan seakan tidak bisa mengakhiri pembicaraan ini sambil melangkahkan kaki kami berpamitan, dengan melewati jalan setapak yang tidak kelihatan tepinya karena tergenang air disebabkan guyuran hujan kemarin sore,tiba…tiba!.byur….sontak saya kaget dan tersenyum simpul tatkala melihat kejadian kaki teman saya terperosot ke kubangan air yang ternyata itu adalah selokan dengan kedalaman kurang lebih setengah meter. Di akhir pembicaran kami memperoleh informasi bahwa dusun Kali Moro pernah mengajukan tandon air melalui program PNPM, meskipun sudah disurvei dan sudah masuk “ranking” namun “kalah kompetisi” dengan Desa atau dusun Lain, tidak jelas apa yang menyebabkan istilah “kalah kompetisi” ini terucap dari mulut pak Hasan. Sebenarnya masyarakat sudah melaksanakan iuran swadaya, namun terkendala oleh kesadaran warga yang minim, “tiange mboten sadar”,kata pak Hasan, bahkan yang kaya diklasifikasi sesuai kemampuan mereka menolak, dengan kemauan semua dipukul rata saja, ya..kaya..ya miskin disamakan iurannya.”yang kaya tidak mau di kelas”, ucap Pak Hasan. Bahkan sampai jadwal jaga keliling, pak Hasan menuturkan kesadaran masyarakat masih kurang, bahkan ada seoarang janda yang tidak punya anak – saudara tetap dikenai jadwal jaga keliling, “nje akhire kulo sanjang teng pak Kasun sak niki pon mboten mas”, info pak Hasan, sampai sinipun pembicaraan kami masih berlanjut, dengan nada rendah sedikit berharap pak Hasan berkata :” nje mbok menawi wonten bantuan – bantuan nopo sampean bantu mas, sakaken”, sahut saya dengan nada penuh Tanya :”sinten namine pak?”, “bu Sawit”, jawab pak Hasan, “niku griyane sebelah masjid” sambil menunjukkan jalan belokkan yang tidak jauh dari rumah pak Hasan. Sambil melangkahkan kaki kami berpamitan kepada pak Hasan dan sekali lagi kami meminta maaf dan berterima kasih kepada pak hasan yang meluangkan waktunya untuk kami ajak berbincang – bincang dan penuh kekeluargaan pak Hasan juga menghaturkan terima kasihnya.
Dengan membawa rasa penasaran kami melanjutkan langkah kaki kami, dan tidak perlu menempuh waktu lama kami sudah sampai di rumah bu wasit, kalu boleh dibilang lebih tepatnya “gubug”. Sambil melengok kiri – kanan seraya penasaran adakah orang di dalam sana, “kulo nuwon…kulo nuwon….”, dengan nada sedikit berteriak, tapi sepertinya tidak ada orang yang mendengar teriakan saya, sambil mncari sebelah kiri rumah akhirnya kami melihat dari jarak 5 meter melihat sesosok nenek – nenek yang tua renta dengan jalan sedikit terkatuh –katuh keluar dari pintu belakang samping rumah.”wonten npo nak?”Tanya bu wasit (tepatnya mbah wasit) dengan ekspresi sedikit kaget dan penuh tanda Tanya maksud dan tujuan kedatangan kami.” Bade silaturrahmi mbah”, jawab saya, napunten lo mbah mbok menawi ganggu”.
Kemudian obrolan kamipun mengalir, dengan duduk – duduk di depan rumah mbah sawit sambil menikmati rindangnya pepohonan di sekitar rumah beliau, dari guratan wajahnya tak Nampak kalau beban hidup ditanggung sendiri,suaminya sudah empat tahun yang silam meninggalkan si mbah, si mbah tidak memiliki anak, hanya keponakan yang hidup dekat depan rumahnya, yang ternyata baru “dibedah” oleh pemerintah karena memang rumahnya tidak layak huni. Bhakan sebenarnya rumah yang didiami si mbah sekarang adalah hasil belas kasihan orang yang telah membeli tanah si mbah.” Ngajeng niku biebiek,” ucap pak kandar sambil menunjuk rumah yang ada di depannya.”niku tanae pon disade teng tiang nganti”,lanjut pak Kandar, lengkap sudah kehidupan si mbah dibalut kesendirian, dengan hanya menanti belas kasihan dari tetangga sekitar yang tidak pasti, adakalanya kalau akhir minggu telah tiba pada hari sabtu ada yang memberi dia uang 5.000, itupun dia hanya bisa membelikan garam, dengan tersenyum dia berkata “nje ngten niki nek dinten sabtu wonten seng welas limang ewu, damel tumbas uya, he..he”, terbahak kecil. Bahkan disaat warga lain disibukkan ke sawah untuk memanen padi, si mbah tidak bisa kemana – mana, karena tenaga yang sudah tidak kuat. Sedangkan perangkat desa hanya bisa membantu ketika hari raya tiba, selebihnya tidak ada perhatian terhadap si embah, tidak ada jaminan apakah si mbah tiap harinya bisa makan apa tidak, “ngge nek enten pitulungan nopo – nopo ngge sakeng pak lurah niku” ucap polos mbah sawit, serasa merasakan bahwa perangkat desa ini masih memperhatikan warganya, tapi ucapan si mbah menyambung:”namung riyaden, nek mboten riyaden mboten nate, hi..hihi..” masih tetap dengan terbahak kecil solah dia tidak ada beban di atas pundaknya.
Meninggalkan Catatan Reflektif:
Kesadaran kritis – social terhadap kondisi masyarakat, baik warga sekitar, perangkat desa sampai pemerintah tingkat kota/kabupaten.
Pertanyaan Lanjutan:
Dimanakah pemangku kebijakan di desa ini terhadap orang seperti mbah sawit? Meskipun ada jatah sembako buat si mbah namun itu belum cukup, bagaimana dengan kesehatan si mbah ketika tiba – tiba jatuh sakit?
Siapa yang akan menjamin keselamatan si mbah dari terjangan angin yang sewaktu – waktu mengancam jikala badai hujan datang seperti kemarin sore?
Catatan :
Masih banyak mbah – mbah Sawit lainnya……….
waras_blogs "Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu" (QS Al-Fajr :27-30)
IT
-
Pengertian OBSERVER Observer merupakan seorang individu atau kelompok yang menjalankan observasi, bisa dibilang observer merupakan pelak...
-
BENTUK-BENTUK PEDOMAN OBSERVASI I.DAFTAR CEK ( CHECKLIST ) A.Pengertian Daftar cek adalah suatu daftar yang memuat aitem-aitem...
-
FIELD NOTE Kode file: Si Mbah / Petani /01 Judul: Pagi itu Informan: Pak Suparno, Pak Hasan,Bu Sawit, pak Kandar Lokasi: Dusun Kal...
-
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tuju...
-
@riantoabdqodir BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Amnesia adalah hilangnya ingatan/memori seseorang, seperti kejadian, informa...
-
LANGKAH2 SETTING KEUANGAN 1.Ambil Script paling baru unt NIS 4 DIGIT:WRINGINANOM & MAN2GSK 2. Ubah logo & Judul Sekolah ...
-
Cara Mengetahui Data Ganda Atau Duplikat di ms excel mencari duplikat data yang sama kalo data yang sedikit mungkin gampang yah , tap...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, maka perlu adanya kerja s...
-
Privasi, Ruang Personal, & Teritorialitas serta hubungan-hubungannya dengan lingkungan Privasi Merupakan tingkatan interaksi atau...
-
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS xxxxxxxxxxxxxx alamat kampus ...
Rabu, 29 Februari 2012
Senin, 27 Februari 2012
pagi- pagi kkn ku
dipagi hari yang cerah saat aku melakukan tugas hampir akir kuliahku, hehehe ( kkn maksudnya) kebetulan kkn ku kali ini berbentuk PAR, jadi y gitu deh bayak bayak nimbrung kemasyarakat untuk mencari data data yang akan kami kerjakan,
kebetulan pada hari senin 27 februari 2012, aku jalan jalan kepersawahan warga tepatnya desa kali padang dusun kali moro,
disitu kami ketemu pak kasunnya yang ada disawah berbincang bincang mengenai batas wilayah dusun kali moro,....
setelah kami mendapatkan informasi tentang batas dusun kali moro kami melanjutkan perjalan kami, yang akirnya ketemu pak Rt yang sendang disawah mengalikan air kesawahnya, disitulah akirnya kami diberi bayak wawasan, bukan hanya mengenai desa kali padang saja, tapi tentang bayak hal,
okelah dulur dulur.....karna hasil perbincangan kami, saya rekam insyaalloh akan saya unggah nantinya, trimakasih dulur dulur ,.......do;anya y...................
kebetulan pada hari senin 27 februari 2012, aku jalan jalan kepersawahan warga tepatnya desa kali padang dusun kali moro,
disitu kami ketemu pak kasunnya yang ada disawah berbincang bincang mengenai batas wilayah dusun kali moro,....
setelah kami mendapatkan informasi tentang batas dusun kali moro kami melanjutkan perjalan kami, yang akirnya ketemu pak Rt yang sendang disawah mengalikan air kesawahnya, disitulah akirnya kami diberi bayak wawasan, bukan hanya mengenai desa kali padang saja, tapi tentang bayak hal,
okelah dulur dulur.....karna hasil perbincangan kami, saya rekam insyaalloh akan saya unggah nantinya, trimakasih dulur dulur ,.......do;anya y...................
Langganan:
Postingan (Atom)